• Default Language
  • Arabic
  • Basque
  • Bengali
  • Bulgaria
  • Catalan
  • Croatian
  • Czech
  • Chinese
  • Danish
  • Dutch
  • English (UK)
  • English (US)
  • Estonian
  • Filipino
  • Finnish
  • French
  • German
  • Greek
  • Hindi
  • Hungarian
  • Icelandic
  • Indonesian
  • Italian
  • Japanese
  • Kannada
  • Korean
  • Latvian
  • Lithuanian
  • Malay
  • Norwegian
  • Polish
  • Portugal
  • Romanian
  • Russian
  • Serbian
  • Taiwan
  • Slovak
  • Slovenian
  • liish
  • Swahili
  • Swedish
  • Tamil
  • Thailand
  • Ukrainian
  • Urdu
  • Vietnamese
  • Welsh
Hari

Your cart

Price
SUBTOTAL:
Rp.0

Mimpi Besar Revolusi AI Tak Sesuai Ekspektasi, Ternyata Ini Alasannya

img

Srutub.com Semoga kalian selalu dikelilingi kebahagiaan ya. Di Titik Ini aku mau membahas informasi terbaru tentang Teknologi, AI, Bisnis. Ulasan Artikel Seputar Teknologi, AI, Bisnis Mimpi Besar Revolusi AI Tak Sesuai Ekspektasi Ternyata Ini Alasannya Mari kita bahas tuntas artikel ini hingga bagian penutup.

Ekspektasi vs Realita: Mengapa Revolusi AI Belum Terjadi?

Demam kecerdasan buatan (AI) yang melanda dunia beberapa tahun terakhir ternyata belum memenuhi ekspektasi banyak orang. Prediksi transformasi ekonomi yang cepat dan masif, termasuk hilangnya jutaan pekerjaan, belum menjadi kenyataan. Data Biro Sensus Amerika Serikat menunjukkan hanya sebagian kecil bisnis yang memanfaatkan AI dalam produksi barang dan jasa. Pertumbuhan produktivitas juga belum menunjukkan lonjakan signifikan seperti yang terjadi di era komputer pada 1990-an. Fenomena ini menimbulkan pertanyaan: mengapa revolusi AI belum terjadi?

Sejarah perkembangan komputer menawarkan perspektif menarik. Pada masa awal komputer, prediksi serupa tentang transformasi ekonomi juga marak. Herbert Simon, seorang pakar ilmu komputer, pernah meramalkan komputer akan mampu melakukan semua pekerjaan manusia dalam dua dekade. Namun, realitanya berbeda. Robert Solow, peraih Nobel Ekonomi, bahkan menyindir bahwa dampak komputer hanya terlihat di mana-mana kecuali dalam statistik produktivitas.

Namun, pada akhir 1990-an, transformasi ekonomi yang dijanjikan akhirnya terwujud. Solow pun mengakui pengaruh komputer terhadap ekonomi. Ada tiga faktor kunci yang mendorong ledakan produktivitas di era komputer: investasi besar-besaran perusahaan dalam teknologi informasi, penurunan harga komputer dan perangkat lunak, dan kemampuan perusahaan mengintegrasikan teknologi ke dalam operasional mereka. Lalu, bagaimana dengan kondisi saat ini di era AI?

Investasi yang Belum Menggembirakan

Pada pertengahan 1990-an, perusahaan-perusahaan berlomba-lomba berinvestasi dalam perangkat keras, infrastruktur jaringan, dan perangkat lunak komputer. Investasi ini tumbuh pesat hingga mencapai angka yang fantastis. Namun, investasi di era AI belum menunjukkan tren serupa. Pertumbuhan investasi dalam perangkat lunak dan perangkat keras untuk pemrosesan informasi, termasuk AI, masih relatif rendah dibandingkan era komputer. Meskipun investasi dalam aset tidak berwujud seperti algoritma dan data sulit diukur, pengeluaran untuk perangkat lunak komersial dan sistem khusus AI masih tergolong rendah.

Mengapa investasi di bidang AI belum setinggi yang diharapkan? Salah satu faktornya adalah ketidakpastian tentang pengembalian investasi. Banyak perusahaan masih ragu apakah investasi dalam AI akan memberikan keuntungan yang signifikan. Selain itu, pengembangan dan implementasi AI membutuhkan keahlian khusus yang belum banyak dimiliki oleh perusahaan. Faktor-faktor ini membuat perusahaan cenderung berhati-hati dalam berinvestasi di bidang AI.

Ketersediaan infrastruktur juga menjadi kendala. Tidak semua perusahaan memiliki infrastruktur data yang memadai untuk mendukung implementasi AI. Membangun infrastruktur data yang handal membutuhkan investasi yang tidak sedikit. Perusahaan-perusahaan kecil dan menengah mungkin kesulitan untuk mengalokasikan dana yang cukup untuk membangun infrastruktur data yang dibutuhkan.

Harga yang Belum Terjangkau

Penurunan harga perangkat keras dan perangkat lunak komputer menjadi faktor penting dalam ledakan produktivitas di era komputer. Komputer yang semakin terjangkau membuat teknologi ini dapat diakses oleh lebih banyak orang dan perusahaan. Namun, hal serupa belum terjadi di era AI. Harga perangkat keras dan perangkat lunak AI masih relatif tinggi, sehingga membatasi aksesibilitas teknologi ini.

Salah satu penyebab tingginya harga AI adalah kompleksitas teknologi ini. Pengembangan dan implementasi AI membutuhkan keahlian khusus yang masih langka. Hal ini menyebabkan biaya pengembangan dan implementasi AI menjadi tinggi. Selain itu, perusahaan-perusahaan yang menyediakan solusi AI juga cenderung mematok harga yang tinggi karena permintaan yang masih tinggi dan persaingan yang relatif rendah.

Keterbatasan pasokan juga menjadi faktor pendorong tingginya harga AI. Permintaan akan solusi AI terus meningkat, sementara pasokan masih terbatas. Hal ini menyebabkan harga AI tetap tinggi. Seiring dengan perkembangan teknologi dan meningkatnya persaingan, diharapkan harga AI akan semakin terjangkau di masa mendatang.

Integrasi yang Masih Terbatas

Revolusi komputer pada 1990-an berhasil meningkatkan produktivitas karena perusahaan-perusahaan mampu mengintegrasikan teknologi ke dalam operasional mereka. Contohnya, Walmart menggunakan sistem Retail Link untuk memberikan akses real-time kepada pemasok terhadap data penjualan dan inventaris. Namun, integrasi AI saat ini masih terbatas. Banyak perusahaan baru menggunakan AI untuk tugas-tugas spesifik, seperti deteksi penipuan di sektor jasa keuangan.

Salah satu tantangan dalam integrasi AI adalah kurangnya pemahaman tentang bagaimana AI dapat diterapkan dalam operasional bisnis. Banyak perusahaan belum mengetahui potensi AI dan bagaimana AI dapat membantu mereka meningkatkan efisiensi dan produktivitas. Selain itu, integrasi AI juga membutuhkan perubahan dalam alur kerja dan proses bisnis yang sudah ada. Perubahan ini terkadang sulit dilakukan karena resistensi dari karyawan atau keterbatasan sumber daya.

Ketersediaan data yang berkualitas juga menjadi faktor penting dalam integrasi AI. AI membutuhkan data yang akurat dan representatif untuk dapat bekerja secara optimal. Banyak perusahaan belum memiliki data yang memadai atau data yang mereka miliki belum terstruktur dengan baik. Hal ini menghambat proses integrasi AI.

Akankah Revolusi AI Terjadi?

Meskipun revolusi AI belum terjadi seperti yang diprediksi, bukan berarti hal itu tidak mungkin terjadi di masa depan. Seperti yang dikatakan ekonom Rudi Dornbusch, "Dalam ekonomi, segala sesuatu terjadi lebih lambat dari yang Anda kira, lalu lebih cepat dari yang Anda kira." AI mungkin membutuhkan waktu lebih lama untuk mencapai potensi penuhnya, tetapi ketika waktunya tiba, transformasinya bisa jadi sangat cepat dan dramatis.

Ada beberapa faktor yang dapat mempercepat revolusi AI. Pertama, investasi di bidang AI terus meningkat. Semakin banyak perusahaan yang menyadari potensi AI dan mulai berinvestasi dalam teknologi ini. Kedua, harga perangkat keras dan perangkat lunak AI terus menurun. Hal ini membuat AI semakin terjangkau dan dapat diakses oleh lebih banyak perusahaan. Ketiga, pemahaman tentang bagaimana AI dapat diterapkan dalam operasional bisnis semakin meningkat. Semakin banyak perusahaan yang berhasil mengintegrasikan AI ke dalam operasional mereka dan menuai manfaatnya.

Revolusi AI mungkin belum terjadi saat ini, tetapi potensinya sangat besar. Ketika faktor-faktor pendukung terpenuhi, AI dapat mengubah dunia secara fundamental dan membawa kemajuan yang luar biasa bagi umat manusia. Kita hanya perlu bersabar dan terus mendukung perkembangan teknologi ini.

Terima kasih telah menyimak pembahasan mimpi besar revolusi ai tak sesuai ekspektasi ternyata ini alasannya dalam teknologi, ai, bisnis ini hingga akhir Terima kasih atas dedikasi Anda dalam membaca pertahankan motivasi dan pola hidup sehat. Jika kamu peduli semoga artikel berikutnya bermanfaat untuk Anda. Terima kasih.

© Copyright 2024 - SRUTUB
Added Successfully

Type above and press Enter to search.