• Default Language
  • Arabic
  • Basque
  • Bengali
  • Bulgaria
  • Catalan
  • Croatian
  • Czech
  • Chinese
  • Danish
  • Dutch
  • English (UK)
  • English (US)
  • Estonian
  • Filipino
  • Finnish
  • French
  • German
  • Greek
  • Hindi
  • Hungarian
  • Icelandic
  • Indonesian
  • Italian
  • Japanese
  • Kannada
  • Korean
  • Latvian
  • Lithuanian
  • Malay
  • Norwegian
  • Polish
  • Portugal
  • Romanian
  • Russian
  • Serbian
  • Taiwan
  • Slovak
  • Slovenian
  • liish
  • Swahili
  • Swedish
  • Tamil
  • Thailand
  • Ukrainian
  • Urdu
  • Vietnamese
  • Welsh
Hari

Your cart

Price
SUBTOTAL:
Rp.0

Sekjen PBB Serukan Negosiasi COP29 Segera Capai Kesepakatan

img

Srutub.com Selamat datang di blog saya yang penuh informasi terkini. Dalam Tulisan Ini mari kita kupas tuntas sejarah Iklim, Politik Internasional, Lingkungan. Informasi Relevan Mengenai Iklim, Politik Internasional, Lingkungan Sekjen PBB Serukan Negosiasi COP29 Segera Capai Kesepakatan simak terus penjelasannya hingga tuntas.

Seruan Guterres untuk Kompromi Pendanaan Iklim di COP29 Baku

Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, telah mengeluarkan seruan yang kuat kepada para pihak yang terlibat dalam negosiasi iklim COP29 di Baku, Azerbaijan, untuk mencapai kompromi dalam isu pendanaan iklim. Ketegangan antara negara maju dan negara berkembang semakin meningkat seiring berjalannya konferensi. Negara-negara berkembang dengan gigih mengajukan proposal untuk target anggaran iklim baru (NCQG), sementara negara-negara maju tampak enggan untuk menanggapinya. Situasi ini telah menyebabkan kebuntuan dalam pembahasan isu pendanaan, yang seharusnya menjadi agenda utama COP29. Ketidakpastian ini menimbulkan kekhawatiran bahwa konferensi mungkin akan melewati batas waktu yang ditentukan pada Jumat malam, 22 November.

Guterres, yang baru saja kembali dari KTT G20 di Rio de Janeiro, Brasil, mendesak para pemimpin G20 untuk menginstruksikan menteri dan negosiator mereka agar mengamankan pendanaan iklim baru yang lebih ambisius di COP29. "Ayolah, berkompromilah," katanya di arena COP29 pada Kamis, 21 November. Di KTT G20, Guterres bertemu dengan para kepala negara untuk mendorong negosiasi di Baku agar berjalan lebih konstruktif. Meskipun ada pernyataan positif dari G20 tentang komitmen iklim, realitas di Baku sangat berbeda. Blok negara berkembang, Afrika, dan negara-negara paling kurang berkembang telah mengkritik keras negara-negara maju atas keengganan mereka untuk membahas jumlah dana yang diajukan melalui NCQG.

Kebuntuan Negosiasi dan Kritik Negara Berkembang

Negara-negara berkembang berpendapat bahwa untuk mencapai target iklim dan mencegah suhu bumi melewati batas 1,5 derajat Celcius, diperlukan dana sekitar US$1,3 triliun. Namun, angka ini tidak tercantum dalam draft teks terbaru yang dirilis pada Kamis pagi, 21 November, waktu Azerbaijan. Lebih lanjut, draft tersebut juga tidak menyebutkan "transisi keluar dari bahan bakar fosil" dalam pembahasan mitigasi, meskipun pernyataan tersebut telah disepakati di COP28 Dubai. Wopke Hoesktra, negosiator utama Uni Eropa, menyatakan kekecewaannya beberapa jam sebelum pernyataan Guterres. "Ini tidak bisa diterima. Ini adalah kemunduran. Jika kita ingin menjaga suhu bumi tetap di bawah 1,5 derajat Celcius seperti komitmen Uni Eropa, maka kita tidak bisa menerima draft ini," tegasnya.

Kebuntuan dalam negosiasi ini mencerminkan perbedaan pandangan yang signifikan antara negara maju dan negara berkembang. Negara berkembang menekankan perlunya dukungan finansial yang lebih besar dari negara maju untuk membantu mereka beradaptasi dengan dampak perubahan iklim dan bertransisi ke energi bersih. Mereka berpendapat bahwa negara maju memiliki tanggung jawab historis yang lebih besar atas emisi gas rumah kaca yang menyebabkan perubahan iklim. Di sisi lain, beberapa negara maju berpendapat bahwa mereka telah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pendanaan iklim dan menginginkan komitmen yang lebih kuat dari negara berkembang dalam hal mengurangi emisi.

Kekhawatiran akan Kegagalan COP29

Situasi yang tidak menentu ini menimbulkan kekhawatiran bahwa COP29 mungkin akan gagal mencapai kesepakatan tentang target baru pendanaan iklim. Wahyu Marjaka, salah satu negosiator Indonesia dari Kementerian Lingkungan Hidup, menyatakan bahwa negosiasi berlangsung alot dan belum ada tanda-tanda akan tercapai kesepakatan. "Seperti biasanya, apabila terkait dengan komitmen finansial, jalannya negosiasi cenderung lambat dan kompleks. Semua negosiator masih berjuang," ujarnya. Kegagalan untuk mencapai kesepakatan di COP29 akan menjadi pukulan telak bagi upaya global untuk mengatasi perubahan iklim. Hal ini akan memperburuk ketidakpercayaan antara negara maju dan negara berkembang dan mempersulit upaya untuk mencapai target Perjanjian Paris.

Dengan tenggat waktu yang semakin dekat, tekanan pada para negosiator untuk mencapai kompromi semakin meningkat. Dunia menyaksikan dengan seksama apakah COP29 akan menghasilkan kemajuan yang berarti dalam isu pendanaan iklim atau justru berakhir dengan kekecewaan. Keberhasilan COP29 sangat penting untuk menjaga harapan mencapai target iklim global dan mencegah dampak terburuk dari perubahan iklim.

Kesimpulan: Tantangan Pendanaan Iklim di COP29 Baku

Konferensi Perubahan Iklim PBB COP29 di Baku diwarnai dengan perdebatan sengit seputar pendanaan iklim. Seruan Sekjen PBB Antonio Guterres untuk kompromi mencerminkan urgensi situasi dan perlunya kerjasama global untuk mengatasi tantangan perubahan iklim. Kebuntuan negosiasi antara negara maju dan negara berkembang terkait target anggaran iklim baru (NCQG) menjadi hambatan utama. Negara berkembang menuntut komitmen finansial yang lebih kuat dari negara maju, sementara negara maju menginginkan komitmen yang lebih jelas dari negara berkembang dalam hal pengurangan emisi. Ketidakpastian ini memicu kekhawatiran akan kegagalan COP29 dalam mencapai kesepakatan yang berarti. Keberhasilan konferensi ini krusial untuk menjaga momentum aksi iklim global dan mencegah dampak katastrofik dari perubahan iklim.

Kegagalan COP29 untuk mencapai kesepakatan akan memiliki konsekuensi yang luas. Hal ini dapat menghambat upaya global untuk membatasi pemanasan global hingga 1,5 derajat Celcius dan meningkatkan risiko bencana iklim. Selain itu, kegagalan ini juga dapat memperburuk ketidakadilan iklim, di mana negara-negara berkembang yang paling rentan terhadap dampak perubahan iklim justru menerima dukungan finansial yang tidak memadai. Oleh karena itu, penting bagi semua pihak untuk bekerja sama secara konstruktif dan mencapai kompromi yang adil dan ambisius dalam isu pendanaan iklim.

Terima kasih telah menyimak pembahasan sekjen pbb serukan negosiasi cop29 segera capai kesepakatan dalam iklim, politik internasional, lingkungan ini hingga akhir Silakan telusuri sumber-sumber terpercaya lainnya selalu berinovasi dalam karir dan jaga kesehatan diri. Bantu sebarkan pesan ini dengan membagikannya. jangan lupa baca artikel lainnya di bawah ini.

© Copyright 2024 - SRUTUB
Added Successfully

Type above and press Enter to search.