Susah Tarik Pembeli Baru, Ecommerce Punya Cara Baru Cari Cuan

Srutub.com Bismillahirrahmanirrahim salam sejahtera untuk kalian semua. Di Kutipan Ini aku ingin berbagi pengetahuan mengenai Ecommerce, Bisnis, Marketing yang menarik. Artikel Dengan Tema Ecommerce, Bisnis, Marketing Susah Tarik Pembeli Baru Ecommerce Punya Cara Baru Cari Cuan Tetap fokus dan ikuti pembahasan sampe selesai.

E-commerce di Persimpangan Jalan: Mempertahankan Pertumbuhan di Tengah Persaingan Ketat

Perkembangan dunia digital telah membawa perubahan signifikan dalam lanskap perdagangan, terutama dengan menjamurnya platform *e-commerce*. Kemudahan akses dan jangkauan yang luas membuat *e-commerce* menjadi primadona bagi para pelaku bisnis dan konsumen. Namun, di balik gemerlap pertumbuhannya, industri *e-commerce* kini menghadapi tantangan baru. Bagaimana tidak, menarik pengguna baru semakin sulit, memaksa platform belanja daring untuk memutar otak agar pelanggan setia mereka semakin sering berbelanja. Laporan e-Conomy SEA 2024 yang digagas oleh Google, Temasek, dan Bain & Company mengungkap bahwa perusahaan *e-commerce* di Asia Tenggara kini harus cermat dalam menyeimbangkan upaya peningkatan pendapatan dan pencapaian profitabilitas. Keseimbangan ini menjadi krusial untuk memastikan keberlanjutan bisnis di tengah persaingan yang kian ketat.

Pertumbuhan pesat *e-commerce* di masa lalu sebagian besar didorong oleh akuisisi pengguna baru. Namun, kini situasinya berbeda. Laporan menunjukkan bahwa 60% hingga 70% pertumbuhan pendapatan *e-commerce* berasal dari "pengguna lama". Artinya, platform *e-commerce* harus lebih fokus pada strategi retensi pelanggan. Bagaimana caranya? Salah satunya dengan meningkatkan frekuensi belanja pelanggan setia. Data menunjukkan bahwa frekuensi belanja pengguna *e-commerce* telah meningkat signifikan, dari 3-4 kali per tahun pada 2012 menjadi 27-32 kali per tahun pada 2024. Perubahan perilaku konsumen ini menjadi peluang sekaligus tantangan bagi para pemain *e-commerce*.

Untuk mempertahankan pertumbuhan, perusahaan *e-commerce* perlu mengadopsi strategi yang tepat. Laporan tersebut menyoroti pentingnya "kampanye [pemasaran] yang disiplin dan optimalisasi *fee* penjual". Artinya, perusahaan *e-commerce* harus cermat dalam mengalokasikan anggaran pemasaran dan memastikan bahwa *fee* yang dibebankan kepada penjual tetap kompetitif. Selain itu, sebagian laba perlu diinvestasikan kembali untuk subsidi pelanggan. Strategi ini bertujuan untuk menjaga loyalitas pelanggan dan mendorong mereka untuk berbelanja lebih sering. Tren ini menunjukkan bahwa pertumbuhan dan profitabilitas dapat dicapai secara bersamaan, bukan sebagai dua tujuan yang saling bertentangan.

Salah satu cara untuk meningkatkan pendapatan adalah dengan menaikkan komisi dari penjual. Namun, langkah ini perlu dipertimbangkan dengan matang. Laporan Google menyebutkan bahwa besaran komisi yang dipungut oleh platform *e-commerce* di Asia Tenggara terus meningkat dan mendekati "batas atas" yang ada di pasar *e-commerce* China. Kenaikan komisi yang terlalu tinggi dapat memicu ketidakpuasan penjual dan berdampak negatif pada pertumbuhan jangka panjang. Oleh karena itu, platform *e-commerce* harus mencari sumber pendapatan lain yang lebih berkelanjutan.

Di tengah persaingan yang semakin ketat, platform *e-commerce* harus terus berinovasi untuk mencari sumber pertumbuhan baru. Salah satu peluangnya adalah dengan memanfaatkan "video commerce". Iklan dalam format video terbukti lebih efektif dalam menarik perhatian konsumen dan mendorong konversi penjualan. Selain itu, platform *e-commerce* juga perlu memperluas kategori produk yang ditawarkan. Laporan menyebutkan bahwa kategori produk makanan segar, kebutuhan sehari-hari (*groceries*), dan furnitur memiliki potensi pertumbuhan yang tinggi. Sementara itu, kategori elektronik diperkirakan akan tetap tumbuh, meskipun tidak sepesat kategori lainnya.

Perubahan perilaku konsumen juga perlu diperhatikan. Konsumen kini lebih percaya diri untuk membeli barang sehari-hari lewat *e-commerce*. Hal ini tercermin dari nilai transaksi per belanja (*basket size*) yang menurun, dari US$ 18-23 pada 2012 menjadi US$ 13-15 pada 2024. Penurunan *basket size* ini menunjukkan bahwa konsumen kini lebih sering berbelanja online, tetapi dengan nilai transaksi yang lebih kecil. Fenomena ini perlu diantisipasi oleh platform *e-commerce* dengan menawarkan berbagai promo dan diskon untuk meningkatkan nilai transaksi per belanja.

Kesimpulan: Adaptasi Kunci Sukses di Era E-commerce

Industri *e-commerce* di Asia Tenggara berada di persimpangan jalan. Pertumbuhan yang melambat dan persaingan yang semakin ketat menuntut platform *e-commerce* untuk beradaptasi dan berinovasi. Fokus pada retensi pelanggan, optimalisasi *fee* penjual, diversifikasi sumber pendapatan, dan pemanfaatan teknologi seperti *video commerce* menjadi kunci sukses di era *e-commerce* saat ini. Kemampuan untuk membaca tren dan beradaptasi dengan cepat akan menentukan siapa yang akan bertahan dan memimpin di pasar yang dinamis ini.

Tantangan lainnya adalah kompetisi harga yang semakin intens dan *basket size* yang semakin kecil. Kondisi ini dapat membatasi pertumbuhan dalam jangka pendek. Oleh karena itu, platform *e-commerce* harus cermat dalam menentukan strategi harga dan menawarkan nilai tambah kepada pelanggan agar tetap kompetitif. Inovasi dan adaptasi menjadi kunci keberhasilan di industri *e-commerce* yang terus berkembang.

Sekian informasi detail mengenai susah tarik pembeli baru ecommerce punya cara baru cari cuan yang saya sampaikan melalui ecommerce, bisnis, marketing Selamat mengembangkan diri dengan informasi yang didapat selalu berpikir positif dan jaga kondisi tubuh. Jika kamu suka semoga Anda menemukan artikel lain yang menarik. Terima kasih.