• Default Language
  • Arabic
  • Basque
  • Bengali
  • Bulgaria
  • Catalan
  • Croatian
  • Czech
  • Chinese
  • Danish
  • Dutch
  • English (UK)
  • English (US)
  • Estonian
  • Filipino
  • Finnish
  • French
  • German
  • Greek
  • Hindi
  • Hungarian
  • Icelandic
  • Indonesian
  • Italian
  • Japanese
  • Kannada
  • Korean
  • Latvian
  • Lithuanian
  • Malay
  • Norwegian
  • Polish
  • Portugal
  • Romanian
  • Russian
  • Serbian
  • Taiwan
  • Slovak
  • Slovenian
  • liish
  • Swahili
  • Swedish
  • Tamil
  • Thailand
  • Ukrainian
  • Urdu
  • Vietnamese
  • Welsh
Hari

Your cart

Price
SUBTOTAL:
Rp.0

Tawaran Dana Iklim Negara Maju Terlalu Kecil, COP29 Diperpanjang

img

Srutub.com Assalamualaikum semoga hari ini menyenangkan. Sekarang saatnya berbagi wawasan mengenai Iklim, Politik, Lingkungan. Tulisan Yang Mengangkat Iklim, Politik, Lingkungan Tawaran Dana Iklim Negara Maju Terlalu Kecil COP29 Diperpanjang Ikuti selalu pembahasannya sampai bagian akhir.

Kebuntuan Pendanaan Iklim Perpanjang Konferensi COP29 di Baku

Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Perubahan Iklim PBB ke-29 atau COP29 yang digelar di Baku, Azerbaijan, terpaksa diperpanjang. Keputusan ini diambil setelah tawaran dana iklim dari negara-negara maju dianggap terlalu rendah oleh negara-negara berkembang. Konferensi yang seharusnya berakhir pada Jumat (22/11) ini berlanjut hingga Sabtu (23/11) karena belum tercapainya kesepakatan terkait pendanaan iklim. Kebuntuan negosiasi ini menjadi sorotan utama, mengingat urgensi aksi iklim global yang semakin mendesak.

Selama dua pekan, negara-negara berkembang menantikan komitmen konkret dari negara-negara maju terkait pendanaan untuk mengatasi dampak perubahan iklim. Tawaran yang akhirnya diajukan, sebesar US$250 miliar hingga tahun 2035, jauh dari harapan. Nilai ini dianggap terlalu kecil untuk membiayai proyek-proyek adaptasi dan mitigasi perubahan iklim di negara-negara berkembang. Kekecewaan ini mendorong perpanjangan konferensi, demi mencapai kesepakatan yang lebih adil dan efektif.

Sebelumnya, negara-negara berkembang mengajukan tuntutan dana baru sebesar US$1,3 triliun untuk proyek-proyek iklim. Dana ini diharapkan dapat mendukung upaya ambisius dalam mencegah kenaikan suhu bumi melebihi 1,5 derajat Celcius. Target ini selaras dengan Perjanjian Paris, yang bertujuan untuk membatasi pemanasan global dan mengurangi dampak bencana iklim. Namun, tawaran yang jauh lebih rendah dari negara-negara maju menimbulkan pertanyaan serius tentang komitmen mereka dalam mengatasi krisis iklim global.

Tawaran yang Mengecewakan Picu Ketegangan

Draft keputusan konferensi yang dikeluarkan Presidensi COP29 pada Jumat (22/11) petang mengungkapkan bahwa nilai US$250 miliar tersebut "berasal dari berbagai sumber", yang bahkan dapat mencakup kontribusi dari negara-negara berkembang sendiri. Hal ini semakin menambah kekecewaan dan memicu kecaman dari delegasi negara-negara berkembang. Mereka merasa tawaran ini tidak mencerminkan kebutuhan nyata di lapangan dan mengabaikan tanggung jawab historis negara-negara maju atas emisi gas rumah kaca.

Laksmi Dhewanthi, Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) yang juga merupakan Negosiator Utama Indonesia, menyatakan kekecewaannya. "Ini tidak imbang antara ambisi dan realisasinya, terlalu jauh. Tidak mencerminkan kebutuhan kita untuk membangun sarana transisi dan berbagai hal lain terkait adaptasi iklim," tegasnya. Pernyataan ini mencerminkan posisi Indonesia dan banyak negara berkembang lainnya yang menginginkan komitmen pendanaan yang lebih kuat dari negara-negara maju.

Tidak hanya Indonesia, Blok Negara Pulau Kecil (AOSIS) juga mengecam keras draft keputusan tersebut. Dalam pernyataan resminya, AOSIS menggambarkan tawaran ini sebagai target investasi yang terlalu rendah dan tidak sebanding dengan kebutuhan untuk melindungi planet ini dari malapetaka krisis iklim. Mereka menekankan pentingnya angka US$1,3 triliun yang dibutuhkan untuk menjaga agar bumi tetap terlindungi. Kecaman ini menunjukkan betapa seriusnya dampak perubahan iklim bagi negara-negara kepulauan kecil yang rentan terhadap kenaikan permukaan laut.

Indonesia dan Negara Berkembang Lainnya Mencari Solusi

Tim delegasi Indonesia dijadwalkan mengkaji draft keputusan tersebut untuk memberikan masukan pada blok negara berkembang G77. Mereka berharap dapat merumuskan strategi untuk mendorong negara-negara maju agar meningkatkan komitmen pendanaan iklim. Kolaborasi antar negara berkembang menjadi kunci dalam negosiasi ini, untuk memastikan tercapainya kesepakatan yang adil dan efektif.

Sekretariat COP29 mengumumkan bahwa sidang umum (plenary) akan kembali digelar pada Sabtu (23/11) untuk mendengarkan pandangan peserta konferensi. Perpanjangan konferensi ini mengikuti preseden sebelumnya, seperti di Madrid (44 jam) dan Dubai (23 jam). Harapannya, perpanjangan waktu ini dapat menghasilkan kesepakatan yang lebih baik dan memberikan harapan bagi upaya global dalam mengatasi krisis iklim.

Situasi ini menggarisbawahi kompleksitas negosiasi iklim global dan pentingnya komitmen nyata dari semua negara, terutama negara-negara maju. Pendanaan iklim merupakan elemen krusial dalam upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, khususnya bagi negara-negara berkembang yang paling rentan terhadap dampaknya. Keberhasilan COP29 dalam mencapai kesepakatan yang adil dan ambisius akan menentukan arah aksi iklim global di masa depan.

Kesimpulan Konferensi Iklim COP29: Tantangan Pendanaan dan Harapan untuk Masa Depan

Konferensi iklim COP29 di Baku, Azerbaijan, telah menyoroti tantangan besar dalam mencapai kesepakatan global untuk mengatasi perubahan iklim. Perbedaan pandangan antara negara maju dan negara berkembang terkait pendanaan iklim menjadi hambatan utama. Tawaran US$250 miliar yang diajukan oleh negara maju dianggap jauh dari memadai oleh negara berkembang, yang menuntut dana sebesar US$1,3 triliun untuk mendukung proyek-proyek adaptasi dan mitigasi. Kebuntuan ini mencerminkan kesenjangan yang masih lebar dalam komitmen dan aksi nyata untuk mengatasi krisis iklim.

Meskipun konferensi diperpanjang, belum ada kepastian mengenai tercapainya kesepakatan yang memuaskan semua pihak. Indonesia dan negara-negara berkembang lainnya terus berupaya mendorong negara maju untuk meningkatkan komitmen pendanaan. Perjuangan ini menunjukkan betapa pentingnya keadilan dan tanggung jawab bersama dalam menghadapi perubahan iklim. Negara-negara berkembang, yang seringkali paling rentan terhadap dampak perubahan iklim, membutuhkan dukungan finansial yang memadai untuk beradaptasi dan mengurangi emisi.

Ke depan, penting bagi semua negara untuk memperkuat kolaborasi dan komitmen dalam mengatasi perubahan iklim. Pendanaan iklim harus menjadi prioritas utama, dan negara-negara maju perlu memenuhi janji mereka untuk mendukung negara-negara berkembang. Selain itu, diperlukan upaya yang lebih ambisius dalam mengurangi emisi gas rumah kaca dan beralih ke energi terbarukan. Hanya dengan kerja sama dan komitmen yang kuat, kita dapat mencapai tujuan Perjanjian Paris dan mencegah dampak buruk perubahan iklim yang lebih parah.

Konferensi COP29 di Baku menjadi pengingat akan urgensi dan kompleksitas tantangan perubahan iklim. Meskipun belum mencapai kesepakatan yang ideal, konferensi ini tetap menjadi platform penting bagi dialog dan negosiasi antar negara. Harapannya, di masa depan, akan tercipta kesepakatan yang lebih adil dan efektif untuk melindungi planet kita dari dampak perubahan iklim.

Peran media dan masyarakat sipil juga penting dalam mengawal proses negosiasi iklim dan memastikan akuntabilitas dari semua pihak. Dengan terus menyuarakan isu perubahan iklim dan mendorong aksi nyata, kita dapat bersama-sama menciptakan masa depan yang lebih berkelanjutan bagi generasi mendatang.

Selesai sudah pembahasan tawaran dana iklim negara maju terlalu kecil cop29 diperpanjang yang saya tuangkan dalam iklim, politik, lingkungan Mudah-mudahan artikel ini membantu memperluas wawasan Anda berpikir maju dan jaga kesejahteraan diri. Jangan ragu untuk membagikan ini ke sahabat-sahabatmu. cek artikel lainnya di bawah ini.

© Copyright 2024 - SRUTUB
Added Successfully

Type above and press Enter to search.