Warga RI Makin Sering Belanja Online Tapi Keluar Duit Sedikit
Srutub.com Hai semoga semua sedang dalam keadaan sehat dan baik-baik saja. Dalam Konten Ini aku ingin berbagi pengetahuan mengenai E,commerce, Ekonomi Digital, Konsumen yang menarik. Artikel Yang Berisi E,commerce, Ekonomi Digital, Konsumen Warga RI Makin Sering Belanja Online Tapi Keluar Duit Sedikit Segera telusuri informasinya sampai titik terakhir.
Perubahan Lanskap Belanja Online di Asia Tenggara: Lebih Sering, Belanja Lebih Kecil
Tren belanja online di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, mengalami perubahan signifikan. Meskipun frekuensi belanja online meningkat pesat, jumlah uang yang dihabiskan konsumen per transaksi justru menurun. Fenomena ini didorong oleh beberapa faktor, mulai dari perubahan perilaku konsumen hingga strategi bisnis platform e-commerce. Mari kita telaah lebih dalam perubahan lanskap belanja online ini.
Berdasarkan laporan e-Conomy SEA 2024 yang dirilis oleh Google, Temasek, dan Bain & Company, pertumbuhan pendapatan e-commerce kini didominasi oleh "pengguna lama". Artinya, peningkatan pendapatan lebih banyak berasal dari konsumen yang sudah ada, bukan dari akuisisi pengguna baru. Hal ini berbeda dengan pola pertumbuhan sebelumnya yang bergantung pada masuknya pengguna baru. Data menunjukkan frekuensi belanja pengguna e-commerce melonjak drastis, dari hanya 3-4 kali per tahun pada 2012 menjadi 27-32 kali per tahun pada 2024. Kenaikan frekuensi belanja ini menandakan bahwa masyarakat semakin nyaman dan terbiasa berbelanja online.
Perubahan Perilaku Konsumen dan Dampaknya pada Basket Size
Salah satu perubahan perilaku konsumen yang paling mencolok adalah penurunan nilai transaksi per belanja atau yang biasa disebut basket size. Pada 2012, rata-rata basket size berkisar antara US$ 18 hingga US$ 23. Namun, pada 2024, angkanya turun menjadi US$ 13 hingga US$ 15. Penurunan basket size ini terjadi karena beberapa faktor. Pertama, konsumen kini lebih percaya diri untuk membeli barang kebutuhan sehari-hari melalui platform e-commerce. Kedua, persaingan antar platform e-commerce semakin ketat, sehingga mendorong harga produk menjadi lebih kompetitif. Ketiga, pergeseran kategori produk yang dibeli secara online juga turut mempengaruhi basket size.
Laporan tersebut menyebutkan bahwa konsumen saat ini berbelanja online 8 kali lebih banyak dibandingkan satu dekade lalu, tetapi dengan nilai transaksi yang lebih kecil. Hal ini menunjukkan bahwa konsumen semakin sering berbelanja online untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, bukan hanya untuk pembelian barang-barang besar atau khusus.
Strategi E-commerce dalam Meningkatkan Pendapatan
Di tengah perubahan perilaku konsumen, platform e-commerce terus berupaya meningkatkan pendapatan. Salah satu strateginya adalah dengan menaikkan komisi yang dipungut dari penjual. Laporan Google menyebutkan bahwa besaran komisi di platform e-commerce Asia Tenggara terus meningkat dan mendekati "batas atas" yang ada di pasar e-commerce China. Selain itu, platform e-commerce juga menggenjot pendapatan melalui iklan, terutama dari "video commerce". Namun, biaya pemasaran dan penjualan juga terus meningkat seiring dengan persaingan yang semakin ketat dan munculnya platform-platform baru.
Google, Temasek, dan Bain memproyeksikan nilai transaksi e-commerce di Asia Tenggara pada 2024 akan mencapai US$ 159 miliar, naik 15% dari tahun sebelumnya. Sementara itu, pendapatan diproyeksikan meningkat 13% menjadi US$ 35 miliar. Upaya efisiensi dalam meningkatkan pendapatan juga berhasil memangkas kerugian, sehingga margin EBITDA industri e-commerce di Asia Tenggara menyusut menjadi 10%.
Masa Depan E-commerce di Asia Tenggara
Perubahan lanskap belanja online di Asia Tenggara menunjukkan dinamika yang menarik. Konsumen semakin sering berbelanja online, tetapi dengan nilai transaksi yang lebih kecil. Platform e-commerce pun terus beradaptasi dengan perubahan ini melalui berbagai strategi, seperti menaikkan komisi, meningkatkan pendapatan iklan, dan efisiensi operasional. Ke depannya, persaingan di industri e-commerce Asia Tenggara diperkirakan akan semakin ketat. Platform-platform e-commerce harus terus berinovasi untuk menarik dan mempertahankan pelanggan, serta menawarkan nilai tambah yang berbeda dari kompetitor. Bagaimana platform e-commerce merespon perubahan perilaku konsumen dan persaingan yang semakin ketat akan menentukan masa depan industri ini di Asia Tenggara.
Pertumbuhan e-commerce di Asia Tenggara didorong oleh beberapa faktor, termasuk meningkatnya penetrasi internet dan smartphone, serta kemudahan dan kenyamanan yang ditawarkan oleh platform e-commerce. Selain itu, pandemi Covid-19 juga turut mempercepat adopsi belanja online di kalangan masyarakat. Meskipun basket size menurun, peningkatan frekuensi belanja menunjukkan potensi pertumbuhan yang berkelanjutan bagi industri e-commerce di Asia Tenggara. Platform e-commerce perlu memahami perubahan perilaku konsumen dan beradaptasi dengan cepat untuk tetap relevan dan kompetitif di pasar yang terus berkembang ini.
Terima kasih atas perhatian Anda terhadap warga ri makin sering belanja online tapi keluar duit sedikit dalam e,commerce, ekonomi digital, konsumen ini Saya harap Anda menemukan sesuatu yang berguna di sini cari peluang pengembangan diri dan jaga kesehatan kulit. Silakan share kepada rekan-rekanmu. semoga Anda menikmati artikel lainnya di bawah ini.
✦ Tanya AI